Langsung ke konten utama

Bagaimana Mengaudit PR


Mengaudit Public Relation



Audit komunikasi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menunjukkan bahwa proses-proses komunikasi bagaimanapun dapat diperiksa, dievaluasi, dan diukur secara cermat dan sistematik. Kegiatan-kegiatan komunikasi sebagai pelaksanaan dari sistem komunikasi ataupun program komunikasi khusus pada hakikatnya dapat diukur, sehingga kualitas dan kinerja orang-orang yang terlibat dalam program komunikasi tersebut dapat diketahui dan bila diperlukan dapat diperbaiki secara sistematik. Upaya ini diharapkan mampu meningkatkan efektivitas maupun efisiensi komunikasi.
Dalam prosesnya, audit memiliki hubungan yang erat dengan komunikasi terutama public relations. Dalam Audit PR dipelajari secara detail bagaimana, apa dan kepada siapa perusahaan/organisasi melakukan kegiatan Public Relations agar dapat menciptakan pemahaman kepada publiknya sehingga diharapkan dampak dari kegiatan audit pr ini mampu menjadi dasar untuk memutuskan perubahan apa yang perlu dilakukan di masa yang akan datang.




Menurut Hardjana (2000:16) secara umum tujuan audit pr adalah untuk mengetahui posisi humas dalam suatu organisasi secara komprehensif sehingga dapat dirancang kegiatan-kegiatan humas selanjutnya. Tujuan pokok dari Audit Public Relations adalah untuk meningkatkan efektifitas system komunikasi organisasi. Berikut delapan tujuan pokok audit pr:
1. Menentukan Lokasi dimana kelebihan muatan ataupun kekurangan muatan terjadi berkaitan dengan topik-topik, sumber-sumber, dan saluran-saluran komunkasi tertentu.
2. Menilai kualitas informasi yang dikomunikasikan oleh dan atau kepada sumbersumber informasi.
3. Mengukur kualitas hubungan-hubungan komunikasi, secara khusus mengukur sejauh mana kepercayaan antar pribadi, dukungan, keramahan, dan kepuasan kerja karyawan secara keseluruhan dilaksanakan.
4. Mengenali jaringan-jaringan yang aktif operasional untuk desas-desus, pesanpesan social, dan pesan -pesan kedinasan kemudian dibandingkan dengan jaringan komunikasi resmi atau jaringan yang dibentuk sesuai dengan bagan organisasi.
5. Mengenali sumber-sumber kemacetan arus informasi dan para penyaring informasi dengan membandingkan peran-peran komunikasi dalam praktek, seperti penyendiri, penghubung, anggota-anggota kelompok, dengan peranperan yang seharusnya sebagaimana diharapkan oleh bagan organisasi dan uraian tugas.
6. Mengenali kategori-kategori dan contoh-contoh tentang pengalamanpengalaman dan peristiwa-peristiwa komunikasi yang tergolong positif ataupun yang tergolong negative.
7. Menggambarkan pola-pola komunikasi yang terjadi pada tingkat pribadi, kelompok, dan organisasi dalam berkaitannya dengan topik, sumber, saluran, frekuensi, jangka waktu, dan kualitas interaksi.
8. Memberikan rekomendasi-rekomendasi tentang perubahan ataupun perbaikan yang perlu dilakukan berkaitan dengan sikap, perilaku, praktek-praktek kebiasaan, dan keterampilan yang didasarkan atas hasil analisis audit komunikasi.
Setelah mengetahui tujuan dari audit public relations maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari audit public relations komunikasi adalah untuk menemukan dan menyingkap segala gangguan dan hambatan komunikasi, kemacetan-kemacetan arus informasi, serta menganalisis peristiwa-peristiwa komunikasi yang tergolong positif maupun yang negatif untuk memberikan rekomendasi demi mencapai efektifitas.





Menurut Hardjana (2000:166) prosedur pelaksanaan audit pr pada dasarnya terdiri dari empat tahapan pokok, yakni:
1. Menemukan apa yang “kita” perkirakan,
2. Menemukan apa yang “mereka” perkirakan,
3. Mengevaluasi segala perbedaan,
4. Membuat sejumlah rekomendasi
Dari keempat tahap tersebut, dapat diuraikan satu persatu sebagai berikut :
            Pertama, apa yang kita pikirkan, berkaitan dengan sesuatu yang ideal yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan atau lembaga. Maksud ideal di sini adalah tujuan yang hendak dicapai oleh suatu perusahaan atau lembaga, baik secara umum maupun khusus.
Sesuatu yang ideal secara umum biasanya akan terlihat pada tujuan suatu perusahaan atau lembaga. Sementara itu, yang ideal secara khusus akan tergambar lebih konkret atau operasional pada tujuan suatu bagian atau divisi humas dari perusahaan atau lembaga yang bersangkutan. Untuk mengetahui apa yang dipikirkan (ideal) oleh suatu perusahaan atau lembaga, sebetulnya cukup mengacu pada tujuan dari bagian atau divisi humasnya.
            Kalau tujuan tersebut sudah tergambar secara jelas dalam arsip atau dokumen (data sekunder), tujuan yang dimaksud sudah dapat dijadikan dasar acuan. Sebaliknya, bila tujuan kegiatan humas internal publik dan eksternal publik belum ada yang didokumentasikan, untuk mendapatkan tujuan yang dimaksud mau tidak mau peneliti melakukan wawancara kepada pejabat humas atau orang yang ditunjuk untuk itu oleh suatu perusahaan atau lembaga.


Tujuan yang dimaksud dapat dipilah-pilah menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan diadakannya humas suatu perusahaan atau lembaga dapat dimasukkan ke dalam tujuan umum. Sementara tujuan khusus berkaitan dengan tujuan dari kegiatan internal dan eksternal publik. Bisa pula, tujuan khusus ini dibagi-bagi menjadi berbagai subtujuan khusus. Kalau ini dilakukan, perlu diketahui secara spesifik subtujuan khusus dari masing-masing kegiatan internal publik dan eksternal publik.
            Tujuan umum, khusus, dan subkhusus yang dapat diteliti melalui audit humas hanyalah yang berkaitan dengan pandangan internal dan eksternal publik pada suatu perusahaan atau lembaga. Pandangan di sini bisa berupa citra, persepsi, atau sikap internal dan eksternal publik. Ini berarti, tujuan humas yang tidak berkaitan dengan citra, persepsi, dan sikap bukanlah kajian audit humas dalam arti studi citra.
            Kedua, menyelidiki apa yang mereka pikirkan. Maksud “mereka” di sini adalah semua internal publik dan eksternal publik dari suatu perusahaan atau lembaga yang akan diaudit. Masing-masing publik (internal dan eksternal) diidentifiaksi, kemudian diurutkan mulai dari yang paling penting hingga paling tidak penting. Untuk menentukan publik mana yang paling penting hingga paling tidak penting dapat diperoleh melalui wawancara kepada pejabat humas atau wakil perusahaan atau lembaga yang diberi wewenang untuk itu. Bisa juga menggunakan data sekunder (kalau tersedia), seperti buku panduan yang berisi uraian publik dan skala prioritas.
 Maksud “pikirkan di sini adalah pandangan atau penilaian dari internal dan eksternal publik terhadap perusahaan atau lembaga. Dalam terminology penelitian, hal itu disebut das Sein atau kenyataannya. Dalam terminology audit humas, hal itu disebut company actual. Ini diperoleh melalui penelitian, yang umunya menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner.
            Ketiga, mengevaluasi perbedaan antara dua sudut pandang dimaksudkan untuk melihat keberhasilan kegiatan yang sudah dilaksanakan. Caranya dengan membandingkan apa yang “kita” pikirkan (company ideal) dengan apa yang “mereka” pikirkan (company actual). Bila nilai company ideal sama dengan nilai company actual, kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan atau lembaga dapat dikatakan berhasil. Artinya, pandangan internal publik dan eksternal publik dapat dikatakan baik atau positif terhadap suatu perusahaan atau lembaga. Sebaliknya, bila nilai company actual tidak mencapai nilai company ideal, kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan atau lembaga dapat dikatakan belum berhasil. Dengan kata lain, pandangan internal publik dan eksternal publik pada suatu perusahaan atau lembaga belum baik atau belum positif.



Evaluasi perbedaan seperti itu terlihat terlalu umum. Artinya, dalam menilai berhasil tidaknya kegiatan yang dilakukan oleh humas suatu perusahaan atau lembaga masih belum spesifik. Untuk mengetahui hasil yang lebih spesifik, mau tidak mau evaluasi juga dilakukan terhadap masing-masing kegiatan dari kegiatan internal dan eksternal. Melalui evaluasi per kegiatan, akan diketahui setidaknya dua hal. Pertama, berhasil tidaknya masing-masing kegiatan dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan (company ideal). Kedua, dari masing-masing kegiatan akan diketahui tahap-tahap atau unsure-unsur mana atau apa saja yang berhasil dan yang mana atau apa pula yang mengalami kegagalan. Spesifikasi hasil evaluasi tersebut akan sangat membantu dalam membuat rekomendasi perbaikan kegiatan humas di masa mendatang.
            Ketiga, menganjurkan program komunikasi yang komprehensif, yang bertujuan untuk mengakhiri kesenjangan tersebut. Pada tahap ini, biadanya dikemukan rekomendasi yang mengacu pada hasil evaluasi (lihat tahap ketiga). Rekomendasi di sini dalam upaya memperbaiki kegiatan humas di masa dating agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan, bahkan kalau dimungkinkan untuk lebih ditingkatkan.
            Ada dua bentuk rekomendasi yang dapat dikemukakan. Pertama, secara umum, dengan memeprhatikan hasil evaluasi terhadap kegiatan internal publik dan eksternal publik. Di sini, rekomendasi perbaikan diarahkan pada semua kegiatan yang belum mencapai hasil dan upaya apa saja yang harus dilakukan untuk meningkatkan kegiatan yang sudah mencapai hasil.
Penyelenggaraan audit komunikasi bermanfaat bagi kelangsungan dan efektivitas dalam organisasi yakni:
  1.  Untuk mengetahui apakah dan dimana terjadi kelebihan (overload) atau kekurangan (underload) muatan komunikasi berkaitan dengan topik, sumber dan aturan komunikasi.
  2. Untuk menilai kualitas informasi dan mengukur kualitas hubungan-hubungan komunikasi secara khusus mengukur kepercayaan antar pribadi (trust), dukungan, keramahan, dan kepuasan kerja.Untuk mengenali jaringan-jaringan yang aktif. Operasional komunikasi non formal dan membandingkannya dengan komunikasi formal.
  3. Untuk mengetahui sumber-sumber kemacetan (bottleneck) arus informasi dan para penyaring informasi (gate keeper) dengan memperbandingkannya dengan peran masing-masing dalam jaringan komunikasi.
  4.  Untuk mengenali kategori dan contoh pengalaman dan peristiwa komunikasi yang positif maupun negatif.
  5. Untuk menggambarkan pola-pola komunikasi pada tingkat pribadi, kelompok maupun organisasi berkaitan dengan komponen komunikasi, frekuensi dan kualitas interaksi.
  6. Untuk memberikan rekomendasi tentang perubahan atau perbaikan yang perlu dilakukan (Andre Hardjana, 2000 : 16-17)
Pentingnya audit komunikasi dalam kegiatan PR

Efisiensi dan efektivitas merupakan dua hal yang sangat penting untuk dilakukan perusahaan.
Audit komunikasi sangat penting dalam organisasi maupun perusahaan adalah untuk mengetahui apakah program kegiatan public relations yang telah dilaksanakan berjalan baik sesuai dengan rencana yang diharapkan dalam mencapai tujuan sasaran berdasarkan target yang diinginkan.
Audit komunikasi merupakan alat ukur dalam menganalisa setiap program yang dilaksanakan pihak manajemen demi mencapai tingkat kemajuan perusahaan. Audit komunikasi sebagai landasan tolak ukur bagi manajemen perusahaan untuk mengetahui apakah program kegiatan yang telah dilakukan dapat berhasil dalam mencapai tujuan dan sasaran organisasi.
Dengan perusahaan melakukan audit komunikasi diharapkan titik kelemahan bagi setiap program yang dijalankan agar dapat segera diketahuinya, jika terjadi hambatan atau kendala ketika pada saat operasionalisasi manajemen dalam melaksanakan program kegiatan oleh karena itu segala rintangan atau segala permasalahan akan dapat teratasi dengan baik khususnya audit komunikasi yang sering dilakukan pada bagian public relations yang berkaitan dengan program kegiatan komunikasi, dimana antara biaya yang dikeluarkan untuk operasionalisasikegiatan tersebut harus sepadan dengan hasil yang telah dijalankannya dengan harapan hasil yang secara efisien dan efektif dengan hasil guna yang memadai serta dapat memperoleh keuntungan bagi perusahaan tersebut.
Audit komunikasi hanya dapat dilakukan oleh seorang yang memiliki kemampuan serta keahlian dibidang komunikasi dengan tujuan hasil yang akan dicapai secara optimal dan tidak membutuhkan waktu yang relatif lama. Seandainya audit komunikasi dilaksanakan bagi orang yang tidak memiliki kapabelitas dibidang komunikasi tersebut memerlukan waktu relatif lama sehingga membutuhkan dana operasional yang sangat tinggi tidak secara efisiensi dan efektivitas, pihak perusahaan akan merasa dirugikan.

Kesimpulan 

Audit komunikasi adalah suatu kegiatan yang menyeluruh, mompleks, rumit dan banyak makan waktu. Audit komunikasi merupakan suatu kajian evaluatif secara empiris yang mendalam dan menyeluruh tentang sistem komunikasi keorganisasian baik komunikasi internal maupun komunikasi eksternal, dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan dan analisis data yang ada yang bertujuan untuk meningkatkan efektifitas dan kinerja organisasi. Hasil audit komunikasi dapat memberikan informasi yang berharga guna mencegah terjadinya kehancuran suatu organisasi. Audit komunikasi dapat dilakukan secara menyeluruh atau total, tapi dapat pula dilakukan audit komunikasi untuk mengukur efektf atau tidaknya suatu program komunikasi tertentu. Audit komunikasi dapat dilaksanakan dengan dana, energi dan waktu yang lebih terbatas. Audit komunikasi dapat menjadi petunjuk bagi pelaksanaan audit komunikasi total yang menyeluruh dan mendalam. Dengan melakukan audit komunikasi, segala hambatan komunikasi dan gangguan yang menyebabkan macetnya aliran informasi dan peluang yang terlewat dapat diketahui sehingga diperoleh cara yang dapat meningkatkan dampak yang dikehendaki sehingga organisasi atau perusahaan dapat mempertahankan hidup bahkan kesuksesannya di tengah persaingan global.


Daftar Pustaka 
1.       Hardjana,  Andre.  2000. prosedur pelaksanaan audit pr

Komentar